Budaya Batak Dan Silsilah Marga Dari Si Raja Batak

Budaya Batak Dan Silsilah Marga Dari Si Raja Batak ::: Berikut adalah silsilah marga-marga Batak yang berasal dari Si Raja Batak dan dirangkum dari beberapa penulis blog. Pada umumnya para penulis blog merangkum topik ini dari blog penulis lain, dan mereka memiliki referensi yang sama, yaitu dari  buku “Kamus Budaya Batak Toba” karya M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987.

Selain rangkuman dari beberapa blog, tulisan ini juga berasal dari sejumlah masukan, saran dan kritik dari sejumlah pemerhati dan kritikus budaya Batak, terutama yang  berada di daerah tempat kami merantau (Bengkulu), karena sama-sama masyarakat rantau yang masih ingin mempelajari budaya asal agar tidak hilang, dan sama-sama memiliki keinginan agar budaya Batak ini tetap lestari meskipun tidak di daerah asalnya . Silsilah Raja Batak ini dicoba diterjemahkan dalam bentuk tulisan sederhana, setidaknya dapat menjadi referensi yang tidak membingungkan dan bermanfaat bagi kita semua.

Berdasarkan Kamus Budaya Batak Toba” karya M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987, serta sejumlah referensi lisan lain (baik referensi dari keluarga turun-temurun maupun dari sejumlah diskusi ringan di beberapa tempat, utamanya di parlapoan/kedai dan di perkumpulan marga/punguan),  SI RAJA BATAK  mempunyai 2 orang putra, yaitu :

1. GURU TATEA BULAN (artinya “Tertayang Bulan” = “Tertatang Bulan“).
2. RAJA ISOMBAON 
( artinya Raja Yang Disembah. Isombaon kata dasarnya somba/sembah)

Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar :
  • TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga GOLONGAN HULA-HULA = MARGA LONTUNG.
  • ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga GOLONGAN BORU = MARGA SUMBA.
Kedua golongan tersebut diwujudkan dalam bentuk bendera Batak oleh Raja Sisingamangaraja, dimana bendera tersebut bergambar matahari dan bulan, yang melambangkan seluruh keturunan Si Raja Batak.

1.  GURU TATEA BULAN
GURU TATEA BULAN  memiliki  5 orang putra (anak) dan 4 orang putri (boru) dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, yaitu :
Putra :
1Raja Uti (Si Raja Biak-Biak), pergi ke daerah Aceh.
2. Tuan Sariburaja
3Limbong Mulana
4. Sagala Raja
5Malau Raja
Putri :
1. Si Boru Pareme, kawin dengan TUAN SARIBURAJA.
2. Si Boru Anting Sabungan, kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA, putra RAJA  ISOMBAON.
3. Si Boru Biding Laut, juga kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA.
4. Si Boru Nan Tinjo, tidak kawin (banci).

RAJA UTI
Raja Uti juga sering disebut dengan Si Raja Biak-biak, atau Raja Sigumeleng-geleng.  Raja Uti terkenal sakti dan serba bisa. Satu kesempatan berada berbaur dengan laki-laki, pada kesempatan lain membaur dengan peremuan, orang tua atau anak-anak. Menurut beberapa cerita, salah satu bukti tingginya ilmu Raja Uti, beliau dapat berubah wujud menjadi apa saja, dan dapat berada di mana saja.

SARIBURAJA dan Keturunannya
Banyaknya marga dan keturunan orang Batak tidak terlepas dari hadirnya tokoh Saribu Raja, putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan (ito) yang bernama Si Boru Pareme dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).Saribu Raja kawin dengan Nai Margiring Laut ( yang kelak melahirkan putra bernamaRaja Iborboron (BORBOR).
Tetapi kemudian Si Boru Pareme menggoda abangnya Saribu Raja, sehingga antara mereka terjadi perkawinan sesama yang bertalian darah (incest). Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu Limbong MulanaSagala Raja, dan Malau Raja, maka ketiga bersaudara tersebut sepakat untuk membunuh Saribu RajaSaribu Raja menyelamatkan diri dan pergi mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan Si Boru Pareme yang sedang dalam keadaan hamil.

Ketika Si Boru Pareme hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut Saribu Raja kebetulan bertemu kembali dengan Si Boru Pareme.
Saribu Raja datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan Si Boru Pareme di dalam hutan. Si Boru Pareme kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.

Dari istrinya sang harimau, Saribu Raja memperoleh seorang putra yang diberi nama SI RAJA BABIAT. Di kemudian hari SI RAJA BABIAT mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga BAYOANGIN, karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya.
Menurut cerita turun temurun (diluar konteks referensi tertulis), sebelum meninggalkan Nai Margiring Laut, Saribu Raja  meninggalkan kepingan kalung sebagai tanda untuk diberikan kepada anaknya Raja Iborboron (BORBOR), agar kelak bila dewasa dan ingin mencari siapa ayahnya, dia memiliki tanda itu.

Pada saat meninggalkan Si Boru Pareme, Saribu Raja juga meninggalkan kepingan kalung kepada calon anaknya. Ketika kedua anaknya sudah dewasa, suatu ketika keduanya bertemu di hutan. Mereka sama sekali tidak saling mengenal, dan akhirnya bertanding beradu kekuatan untuk mengetahui siapa yang paling hebat, namun hingga tujuh hari tujuh malam mereka bertanding tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Pada saat itu keduanya mulai saling bercerita mengenai asal muasalnya, dan terkejut ketika keduanya sama-sama menunjukkan kepingan kalung yang terbelah, dan ketika kepingan itu disatukan, barulah mereka sadar bahwa mereka masih bersaudara kandung  lain ibu. Sejak saat itu mereka sama-sama mengembara mencari tahu dimana adanya ayah mereka, Saribu Raja. 

Pada akhirnya, mereka bertemu dengan ayah mereka Saribu Raja di suatu hutan. Ada beberapa versi yang menceritakan tentang akhir dari pertemuan itu. Ada yang menyatakan saat mereka bertemu, Saribu Raja  akhirnya mengakui kedua anaknya, namun sebagai hukuman atas perbuatannya Saribu Raja dihukum oleh Raja Uti. Benar tidaknya versi yang ada tentu harus mengkaji ulang cerita itu sendiri ( dalam hal ini, saya selaku penulis dengan senang hati menerima masukan maupun rujukan referensi yang tertulis maupun hikayat yang disampaikan secara turun temurun, sebagai pengaya informasi).

SI RAJA LONTUNG
SI RAJA LONTUNG adalah putra pertama dari Tuan Saribu Raja. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu :
Putra :
1. Tuan Situmorang, keturunannya bermarga SITUMORANG.
2. Sinaga Raja, keturunannya bermarga SINAGA.
3.  Pandiangan, keturunannya bermarga PANDIANGAN.
4. Toga Nainggolan, keturunannya bermarga NAINGGOLAN.
5. Simatupang, keturunannya bermarga SIMATUPANG.
6. Aritonang, keturunannya bermarga ARITONANG.
7. Siregar, keturunannya bermarga SIREGAR.
Putri :
1. Si Boru Anakpandan, kawin dengan TOGA SIHOMBING.
2. Si Boru Panggabean, kawin dengan TOGA SIMAMORA.
Karena semua putra dan putri dari Si Raja Lontung berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama Lontung Si Sia MarinaPasia Boruna Sihombing Simamora.

Ada cerita  mengenai istilah Si Sia Sada Ina. Suatu waktu, ketika Raja Lontung dan anak-anaknya menyeberang danau untuk tinggal di tanah yang akan dijadikan tempat mata pencaharian, Raja Lontung bertemu seorang perempuan cantik di sebuah mata air. Raja Lontung terpikat oleh kecantikan perempuan itu dan akhirnya menikahinya. Perempuan itu tiada lain adalah Si Boru Pareme, ibunya sendiri, lebih tepatnya sebenarnya adalah Namborunya, ito kandung ayahnya yang diperistri oleh ayahnya.
  1. Dari keturunan SITUMORANG, lahir marga-marga cabang LUMBAN PANDE, LUMBAN NAHOR, SUHUTNIHUTA, SIRINGORINGO, SITOHANG, RUMAPEA, PADANG, SOLIN.
  2. Dari keturunan SINAGA, lahir marga-marga cabang SIMANJORANG, SIMANDALAHI, BARUTU.
  3. Dari keturunan PANDIANGAN, lahir marga-marga cabang SAMOSIR, GULTOM, PAKPAHAN, SIDARI, SITINJAK, HARIANJA.
  4. Dari keturunan NAINGGOLAN, lahir marga-marga cabang RUMAHOMBAR, PARHUSIP, BATUBARA, LUMBAN TUNGKUP, LUMBAN SIANTAR, HUTABALIAN, LUMBAN RAJA, PUSUK, BUATON, NAHULAE.
  5. Dari keturunan SIMATUPANG lahir marga-marga cabang TOGATOROP (SITOGATOROP), SIANTURI, SIBURIAN.
  6. Dari keturunan ARITONANG, lahir marga-marga cabang OMPU SUNGGU, RAJAGUKGUK, SIMAREMARE.
  7. Dari keturunan SIREGAR, lahir marga-marga cabang SILO, DONGARAN, SILALI, SIAGIAN, RITONGA, SORMIN.
SI RAJA BORBOR
SI RAJA BORBOR adalah Putra kedua dari Saribu Raja, dilahirkan oleh Nai Margiring Laut. Semua keturunannya disebut marga BORBOR. Cucu Raja Borbor yang bernama Datu Taladibabana (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :

1. DATU DALU (SAHANGMAIMA), Keturunan DATU DALU melahirkan marga-marga :   
  1. Pasaribu, Batubara, Habeahan, Bondar, Gorat.b. Tinendang, Tangkar.
  2. Matondang.
  3. Saruksuk.
  4. Tarihoran.
  5. Parapat.
  6. Rangkuti.
2. SIPAHUTAR, keturunannya bermarga SIPAHUTAR.

3. HARAHAP, keturunannya bermarga HARAHAP.

4. TANJUNG, keturunannya bermarga TANJUNG.

5. DATU PULUNGAN, keturunannya bermarga PULUNGAN.
    Keturunan Datu Pulungan melahirkan marga-marga LUBIS dan HUTASUHUT.

6. SIMARGOLANG, keturunannya bermarga SIMARGOLANG.

LIMBONG MULANA dan Keturunannya
Limbong Mulana adalah putra ketiga dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga LIMBONG. Dia mempunyai 2 orang putra, yaitu PALU ONGGANG dan LANGGAT LIMBONG.
Putra dari LANGGAT LIMBONG ada 3 orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga SIHOLE dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga HABEAHAN. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu LIMBONG.

SAGALA RAJA dan Keturunannya
SAGALA RAJA Putra keempat dari GURU TATEA BULAN. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga SAGALA.

LAU RAJA dan Marga-marga Keturunannya
Lau Raja adalah putra kelima dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga Malau. Dia mempunyai 4 orang putra, yaitu :
  1. Pase Raja, keturunannya bermarga PASE.
  2. Ambarita, keturunannya bermarga AMBARITA.
  3. Gurning, keturunannya bermarga GURNING.
  4. Lambe Raja, keturunannya bermarga LAMBE. 
  5. Salah seorang keturunan LAU RAJA diberi  nama Manik Raja, yang kemudian menjadi asal-usul lahirnya marga MANIK.
Adapun versi lain mengatakan bahwa Silau mempunyai empat orang putra, yaitu:
  1. Malau
  2. Manik
  3. Ambarita
  4. Gurning
Khusus sejarah atau tarombo Ambarita Raja atau Ambarita, memiliki dua putra:
  1. Ambarita Lumban Pea, memiliki dua anak laki-laki yaitu :
    1.  Ompu Mangomborlan
    2.  Ompu Bona Nihuta
  2. Ambarita Lumban Pining
Berhubung Ompu Mangomborlan tidak memiliki anak/keturunan laki-laki, maka Ambarita paling sulung hingga kini adalah turunan Ompu Bona Nihuta, yang memiliki anak laki-laki tunggal yakni Op Suhut Ni Huta. Op Suhut Nihuta juga memiliki anak laki-laki tunggal Op Tondolnihuta.

Keturunan Op Tondol Nihuta ada empat laki-laki:
  1. Op Martua Boni Raja (atau Op Mamontang Laut)
  2. Op Raja Marihot
  3. Op Marhajang
  4. Op Rajani Umbul
Selanjutnya di bawah ini hanya dapat meneruskan tarombo dari Op Mamontang Laut (karena keterbatasan data). Op Mamontang Laut menyeberang dari Ambarita di Kabupaten Toba Samosir saat ini ke Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Op Mamontang Laut semula menikahi Boru Sinaga, dari Parapat. Setelah sekian tahun berumah tangga, mereka tidka dikaruniai keturunan, lalu kemudian menikah lagi dengan  boru Sitio dari Simanindo, Samosir.
Dari perkawinan kedua, lahir tiga anak laki-laki
  1. Op Sohailoan menikahi Boru Sinaga bermukim di Sihaporas Aek Batu
  2. Op Jaipul menikahi Boru Sinaga bermukin di Sihaporas Bolon
  3. Op Sugara atau Op Ni Ujung Barita menikahi Boru Sirait bermukim di Motung, Kabupaten Toba Samosir
2.RAJA ISOMBAON
RAJA ISOMBAON adalah putra kedua Raja Batak, memiliki 3 orang anak yaitu :
  1. Tuan Sori Mangaraja
  2. Raja Asi-asi
  3. Songkar Somalidang
TUAN SORIMANGARAJA dan Marga-marga Keturunannya
TUAN SORIMANGARAJA adalah putra pertama dari RAJA ISOMBAON. Dari ketiga putra RAJA ISOMBAON, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
  1. Si boru Anting Malela (Nai Ambaton), putri dari GURU TATEA BULAN, melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DJULU (OMPU RAJA NABOLON), gelar NAI AMBATON.
  2. Si Boru Biding Laut (Nai Rasaon), juga putri dari GURU TATEA BULAN.
  3. Si Boru Sanggul Haomasan (Nai Suanon),  melahirkan putra yang bernama TUAN SORBADIBANUA, gelar NAI SUANON.

NAI AMBATON (TUAN SORBA DJULU / OMPU RAJA NABOLON)
Nama (gelar) putra sulung TUAN SORIMANGARAJA lahir dari istri pertamanya yang bernama NAI AMBATON. Nama sebenarnya adalah OMPU RAJA NABOLON, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga NAI AMBATON menurut nama ibu leluhurnya.

NAI AMBATON mempunyai 4 orang putra, yaitu :
1. Simbolon tua, keturunannya bermarga SIMBOLON.
2. Tamba Tua, keturunannya bermarga TAMBA.
3. Saragi Tua, keturunannya bermarga SARAGI.
4. Munte Tua, keturunannya bermarga MUNTE (MUNTE, NAI MUNTE, atau DALIMUNTE).

Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung) :
  1. SIMBOLON : TINAMBUNAN, TUMANGGOR, MAHARAJA, TURUTAN, NAHAMPUN, PINAYUNGAN. Juga marga-marga BERAMPU dan PASI.
  2. TAMBA : SIALLAGAN, TOMOK, SIDABUTAR, SIJABAT, GUSAR, SIADARI, SIDABALOK, RUMAHORBO, NAPITU
  3. SARAGI : SIMALANGO, SAING, SIMARMATA, NADEAK, SIDABUNGKE.
  4. MUNTE : SITANGGANG, MANIHURUK, SIDAURUK, TURNIP, SITIO, SIGALINGGING.
Keterangan lain mengatakan bahwa NAI AMBATON mempunyai 2 orang putra, yaitu SIMBOLON TUA dan SIGALINGGING. SIMBOLON TUA mempunyai 5 orang putra, yaitu SIMBOLON, TAMBA, SARAGI, MUNTE, dan NAHAMPUN. Adapula keterangan yang menyatakan bahwa Nai Ambaton memiliki 4 orang putera yaitu Simbolon Tua, Sitanggang, Tamba Tua dan Saragi Tua, di mana Galingging masuk dalam Sitanggang, Sitio masuk dalam Tamba Tua, dan Munte masuk dalam Saragi.

Selain versi di atas, adapula keterangan lain seperti yang berikut ini mengenai  Pomparan Nai Ambaton. Nama sebenarnya Ompu Raja ni Ambaton, tapi kelamaaan orang terbiasa menyebutnya Naiambaton.Sedangkan arti ‘ambaton’ ialah menghambat(menggembala) ternak, jadi Ompu ni Ambaton digelari demikian karena mempunyai banyak ternak. Putra sulungnya ialah Simbolon berlainan ibu dengan Munte, Saragi dan Tamba.

Mereka berselisih tentang siapa yang dianggap anak sulung, akibatnya Munte, Tamba dan Saragi pindah dari Pangururan ke Samosir utara. Tamba tinggal di tamba, Saragi di Saragi tampak dan Munte di tongging(ketiganya berada di tepi danau toba). Dikemudian hari perselisihan itu dapat diselesaikan, sehingga keturunan Saragi dan Munte ada sebagian menetap di Pangururan.

Keturunan Simbolon ada juga yang merantau ke Dairi dan Barus mudik, di daerah itulah terbentuk marga-marga baru seperti Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan, Pinayungan, dan Nahampun.
Marga Saragi didapati juga di daerah Simalungun, Karo dan dairi. Keturunan Munte ada juga di daerah Dairi, Barus, Karo dan Tapanuli selatan. Marga Manik yang ada di Simsim(dairi), Karo dan Singkil adalah keturunan Munte, jadi lain dari marga Manik(damanik) di simalungun yakni keturunan Malau.

Tentang marga Dalimunte di Bila(sumatera timur), dan Padang lawas tidak lain dari marga Munte(Naimunte-Daimunte-Dalimunte), mengenai perantauan turunan Munte ke Padang lawas ialah melalui Asahan menyusur pantai laut.

Marga-marga Dairi seperti Gajah, Berasa, Bunurea, Beringin, Bacin, Berampu dan Pasi ialah masuk Naiambaton. Marga Ginting, di tanah karo juga boleh dibilang masuk Naiambaton.
Naiambaton, punya 4 orang anak:
1. Simbolon tua.
2. Munte tua.
3. Saragi tua.
4. Tamba tua.

Simbolon tua punya 7 orang anak >> Tuan Nahoda, Altong nabegu, Pande sahata, Panihai, Tuan Suhut ni Huta, Raja Hapotan, Raja Sirimbang.

Munte tua:
1. Sitanggang >> Sitanggang, Sigalingging
2. Simanihuruk >> Simanihuruk, Sidauruk, Turnip, Sitio.

Saragi tua:
1. Ompu Tuan Binur >> Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak.
2. Ompu Partumpuan >> Saragi, Sidabungke.

Tamba tua:
1. Si Rumabolon >> Tamba, Siallagan, Rea.
2. Si Rumaganjang >> Sidabutar, Sijabat, Siadari, Sidabalok.
3. Si Rumahorbo >> Rumahorbo

Belum ada kepastian tertulis dari masing-masing marga/turpuk  terkait perihal Pomparan Nai Ambaton yang tertata dan tersusun rapi, utamanya di daerah rantau. Itu sebabnya apa yang tertulis dalam buku belum tentu sama dengan yang diyakini secara turun temurun oleh masyarakat Batak sendiri. Untuk itu diperlukan banyak penggalian dan analisa untuk mempertemukan apa yang tertulis dalam buku rangkuman, hasil eksplorasi dan penelitian sejarah dan ilmiah, cerita rakyat, opini dan kepercayaan yang diyakini berabad-abad, serta fakta sahih berupa laklak yang tertulis ratusan tahun silam yang hingga kini masih banyak yang tidak ditemukan.

Walaupun keturunan NAI AMBATON sudah terdiri dari berpuluh-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antar sesama marga keturunan NAI AMBATON.

Ada catatan khusus  mengenai perihal OMPU BADA (Mpu Bada). Menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung, OMPU BADA tersebut adalah keturunan NAI AMBATON pada sundut kesepuluh. Namun menurut keterangan dari salah seorang keturunan OMPU BADA (MPU BADA) bermarga GAJAH, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut :
  • MPU BADA ialah asal-usul dari marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, dan BARASA.
  • Keenam marga tersebut dinamai SIENEMKODIN (Enem = enam, Kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan MPU BADA pun dinamai SIENEMKODIN.
  • MPU BADA bukan keturunan NAI AMBATON, juga bukan keturunan SI RAJA BATAK dari Pusuk Buhit.
  • Lama sebelum SI RAJA BATAK bermukim di Pusuk Buhit, OMPU BADA telah ada di tanah Dairi. Keturunan MPU BADA merupakan ahli-ahli yang terampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
  • Keturunan MPU BADA menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah Dairi dan Tapanuli bagian barat.

NAI RASAON (RAJA MANGARERAK) :
Nama (gelar) putra kedua dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri kedua TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI RASAON. Nama sebenarnya ialah RAJA MANGARERAK, tetapi hingga sekarang semua keturunan RAJA MANGARERAK lebih sering dinamai orang NAI RASAON. RAJA MANGARERAK mempunyai 2 orang putra, yaitu RAJA MARDOPANG dan RAJA MANGATUR.
Ada 4 marga pokok dari keturunan RAJA MANGARERAK :
  1. Dari RAJA MARDOPANG, menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga SITORUS, SIRAIT, dan BUTAR BUTAR.
  2. Dari RAJA MANGATUR, menurut nama putranya, TOGA MANURUNG, lahir marga MANURUNG. Marga PANE adalah marga cabang dari SITORUS.

NAI SUANON (TUAN SORBADIBANUA)
Nama (gelar) putra ketiga dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri ketiga TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI SUANON. Nama sebenarnya
ialah TUAN SORBADIBANUA, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai TUAN SORBADIBANUA. TUAN SORBADIBANUA mempunyai 2 orang istri dan memperoleh 8 orang putra.

Dari istri pertama (putri SARIBURAJA) :
  1. Si Bagot Ni Pohan, keturunannya bermarga POHAN.
  2. Si Paet Tua.
  3. Si Lahi Sabungan, keturunannya bermarga SILALAHI.
  4. Si Raja Oloan.
  5. Si Raja Huta Lima.
Dari istri kedua (BORU SIBASOPAET, putri Mojopahit) :
  1. Si Raja Sumba.
  2. Si Raja Sobu.
  3. Toga Naipospos, keturunannya bermarga NAIPOSPOS.

Keluarga TUAN SORBADIBANUA bermukim di Lobu Parserahan – Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, TUAN SORBADIBANUA menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata SI RAJA HUTA LIMA terkena oleh lembing SI RAJA SOBU. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh TUAN SORBADIBANUA. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang 3 orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki gunung Dolok Tolong sebelah barat.

Keturunan TUAN SORBADIBANUA berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.


Keturunan Si Bagot Ni Pohan melahirkan marga dan marga cabang berikut :
  1. TAMPUBOLON, BARIMBING, SILAEN.
  2. SIAHAAN, SIMANJUNTAK, HUTAGAOL, NASUTION.
  3. PANJAITAN, SIAGIAN, SILITONGA, SIANIPAR, PARDOSI.
  4. SIMANGUNSONG, MARPAUNG, NAPITUPULU, PARDEDE.
Keturunan Si Paet Tua melahirkan marga dan marga cabang berikut :
  1. HUTAHAEAN, HUTAJULU, ARUAN.
  2. SIBARANI, SIBUEA, SARUMPAET.
  3. PANGARIBUAN, HUTAPEA
Keturunan Si Lahi Sabungan melahirkan marga dan marga cabang berikut :
  1. SIHALOHO.
  2. SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG.
  3. SIRUMASONDI, RUMASINGAP, DEPARI.
  4. SINABUTAR.
  5. SIDABARIBA, SOLIA.
  6. SIDEBANG, BOLIALA.
  7. PINTUBATU, SIGIRO.
  8. TAMBUN (TAMBUNAN), DOLOKSARIBU, SINURAT, NAIBORHU, NADAPDAP, PAGARAJI, SUNGE, BARUARA, LUMBAN PEA, LUMBAN GAOL.
Keturunan Si Raja Oloan melahirkan marga dan marga cabang berikut:
  1. NAIBAHO, UJUNG, BINTANG, MANIK, ANGKAT, HUTADIRI, SINAMO, CAPA.
  2. SIHOTANG, HASUGIAN, MATANIARI, LINGGA, MANIK.
  3. BANGKARA.
  4. SINAMBELA, DAIRI.
  5. SIHITE, SILEANG.
  6. SIMANULLANG.
Keturunan Si Raja Huta Lima melahirkan marga dan marga cabang berikut:
  1. MAHA.
  2. SAMBO.
  3. PARDOSI, SEMBIRING MELIALA.
Keturunan Si Raja Sumba melahirkan marga dan marga cabang berikut:
  1. SIMAMORA, RAMBE, PURBA, MANALU, DEBATARAJA, GIRSANG, TAMBAK, SIBORO.
  2. SIHOMBING, SILABAN, LUMBAN TORUAN, NABABAN, HUTASOIT, SITINDAON, BINJORI.
Keturunan Si Raja Sobu melahirkan marga dan marga cabang berikut:
  1. SITOMPUL.
  2. HASIBUAN, HUTABARAT, PANGGABEAN, HUTAGALUNG, HUTATORUAN, SIMORANGKIR, HUTAPEA, LUMBAN TOBING, MISMIS.
Keturunan Toga Naipospos melahirkan marga dan marga cabang berikut:
  1. MARBUN, LUMBAN BATU, BANJARNAHOR, LUMBAN GAOL, MEHA, MUNGKUR, SARAAN.
  2. SIBAGARIANG, HUTAURUK, SIMANUNGKALIT, SITUMEANG.


***DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)

Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga). 

Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut: “Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang; Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”, artinya: “Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput; Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”. 

Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah:
  1. MARBUN dengan SIHOTANG.
  2. PANJAITAN dengan MANULLANG.
  3. TAMPUBOLON dengan SITOMPUL.
  4. SITORUS dengan HUTAJULU – HUTAHAEAN – ARUAN.
  5. NAHAMPUN dengan SITUMORANG.

CATATAN TAMBAHAN:
  1. Selain PANE, marga-marga cabang lainnya dari SITORUS adalah BOLTOK dan DORI.
  2. Marga-marga PANJAITAN, SILITONGA, SIANIPAR, SIAGIAN, dan PARDOSI tergabung dalan suatu punguan (perkumpulan) yang bernama TUAN DIBANGARNA.
    Menurut yang saya ketahui, dahulu antar seluruh marga TUAN DIBANGARNA ini tidak boleh saling kawin. Tetapi entah kapan ada perjanjian khusus antara marga SIAGIAN dan PANJAITAN, bahwa sejak saat itu antar mereka (kedua marga itu) boleh saling kawin.
  3. Marga SIMORANGKIR adalah salah satu marga cabang dari PANGGABEAN. Marga-marga cabang lainnya adalah LUMBAN RATUS dan LUMBAN SIAGIAN.
  4. Marga PANJAITAN selain mempunyai ikatan janji (padan) dengan marga SIMANULLANG, juga dengan marga-marga SINAMBELA dan SIBUEA.
  5. Marga SIMANJUNTAK terbagi 2, yaitu HORBOJOLO dan HORBOPUDI. Hubungan antara kedua marga cabang ini tidaklah harmonis alias bermusuhan selama bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang. (mereka yang masih bermusuhan sering dikecam oleh batak lainnya dan dianggap batak bodoh)
  6. TAMPUBOLON mempunyai putra-putra yang bernama BARIMBING, SILAEN, dan si kembar LUMBAN ATAS & SIBULELE. Nama-nama dari mereka tersebut menjadi nama-nama marga cabang dari TAMPUBOLON (sebagaimana biasanya cara pemberian nama marga cabang pada marga-marga lainnya).
  7. Pada umumnya, jika seorang mengatakan bahwa dia bermarga SIAGIAN, maka itu adalah SIAGIAN yang termasuk TUAN DIBANGARNA, jadi bukan SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari SIREGAR ataupun LUMBAN SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari PANGGABEAN. Selanjutnya biasanya marga SIAGIAN dari TUAN DIBANGARNA akan bertarombo kembali menanyakan asalnya dan nomor keturunan. Kebetulan saya marga SIAGIAN dari PARPAGALOTE.
  8. Marga SIREGAR, selain terdapat di suku Batak Toba, juga terdapat di suku Batak Angkola (Mandailing). Yang di Batak Toba biasa disebut “Siregar Utara”, sedangkan yang di Batak Angkola (Mandailing) biasa disebut “Siregar Selatan”.
  9. Marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, BARASA, NAHAMPUN, TUMANGGOR, ANGKAT, BINTANG, TINAMBUNAN, TINENDANG, BARUTU, HUTADIRI, MATANIARI, PADANG, SIHOTANG, dan SOLIN juga terdapat di suku Batak Pakpak (Dairi).
  10. Di suku Batak Pakpak (Dairi) terdapat beberapa padanan marga yaitu:
  1. BUNUREA disebut juga BANUREA.
  2. TUMANGGOR disebut juga TUMANGGER.
  3. BARUTU disebut juga BERUTU.
  4. HUTADIRI disebut juga KUDADIRI.
  5. MATANIARI disebut juga MATAHARI.
  6. SIHOTANG disebut juga SIKETANG.
11. Marga SEMBIRING MELIALA juga terdapat di suku Batak Karo. SEMBIRING adalah marga induknya, sedangkan MELIALA adalah salah satu marga cabangnya.

12. Marga DEPARI juga terdapat di suku Batak Karo. Marga tersebut juga merupakan salah satu marga cabang dari SEMBIRING.

13. Jangan keliru (bedakan):
  1. SITOHANG dengan SIHOTANG.
  2. SIADARI dengan SIDARI.
  3. BUTAR BUTAR dengan SIDABUTAR.
  4. SARAGI (Batak Toba) tanpa huruf abjad “H” dengan SARAGIH (Batak Simalungun) ada huruf abjad “H”.
14. Entah kebetulan atau barangkali memang ada kaitannya, marga LIMBONG juga terdapat di suku Toraja di pulau Sulawesi.

15. Marga PURBA juga terdapat di suku Batak Simalungun.

Demikian tulisan yang bisa kami hadirkan, dan tentu saja masih banyak kekurangan. Kami sangat mengharapkan saran, masukan, kritikan dan tentu saja referensi agar dapat memperbanyak pengetahuan perihal asal muasal kita orang Batak. Horas…!!!

2 komentar:

  1. batak,, kekerabatan,, taik lah itu semua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda bicara tidak sopan. Kenapa? Apakah Anda telah menyesal terlahir sebagai orang Batak??

      Hapus

Cari Di Sini