Luluk Sumiarso
Luluk Sumiarso adalah satu dari sedikit orang yang telaten merawat
tradisi nusantara. Dia mengatakan merawat tradisi nusantara punya
kenikmatan tersendiri. Bisa membawa pada suasana batin para pendahulu
kita, dengan lautan makna kearifan lokal yang sementara ini tergerus
oleh modernisasi. “Kita terus-menerus diasingkan dari jati diri leluhur.
Dan terlena dengan nilai-nilai modernisasi yang sepintas lalu
menjanjikan banyak harapan, padahal belum tentu sesuai dengan kebiasaan
hidup kita.”
Untuk merawat tradisi tersebut, Luluk mendirikan Rumah Budaya
Nusantara Puspo Budoyo (puspobudoyo.org) yang bertempat di Kampung
Sawah Ciputat Banten. Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo, tambah Luluk,
menjadi tempat mengasyikkan bagi siapa saja yang ingin merawat tradisi
nusantara. Banyak yang menikmati sajian karya seni nusantara di Rumah
Puspo Budaya, meski dukungan dari masyarakat belum optimal.
Mantan Dirjen Energi Terbarukan Kementrian ESDM ini, menguatkan niat
untuk merawat tradisi nusantara dengan mendirikan Nusantara Institut.
Luluk berkaca pada negara lain yang lebih dulu gigih merawat tradisi
bangsanya, seperti Jerman dengan Gothe Institute-nya. “Nanti saya akan
buatkan Bali Corner , Jawa Barat Corner dan lainnya. Di sana akan ada
simbol khusus daerah, dan jika mungkin semua tradisi nusantara ada di
tempat ini”, ujar pria kelahiran Ponorogo 11 Mei 1951 ini.
Dengan mendirikan Nusantara Institut, Luluk merasa tidak perlu risau
dengan hingar-bingar rebutan hak paten dengan negara tetangga atas satu
tradisi. Lambat laun jika kita merawat tradisi, tambah Luluk, negara
lain tidak akan segampang untuk mengklaim. “Kita harus bercermin pada
seni barongsai yang sudah mendunia. Orang akan banyak tertarik pada
barongsai sampai ada yang ingin belajar ke Cina. Coba bayangkan jika
banyak orang luar yang ingin belajar wayang ke negeri kita?” tanya
alumnus ITB ini.
Hampir setiap hari, Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo mengenalkan
diri kepada instansi-instansi pemerintah dan atau swasta tentang
pentingnya merawat tradisi. Ini dilakukan Luluk, selain untuk
mengkampanyekan seni nusantara, juga sebagai ajakan untuk lebih serius
lagi dalam menghargai warisan seni tanah air. “Negara kita ini kaya akan
warisan sejarah. Namun hanya sedikit orang yang peduli untuk
merawatnya. Saya selalu mengajak kepada semua lapisan masyarakat,
terutama instansi pemerintah untuk menggiatkan kembali warisan budaya
bangsa”, ajaknya.
Ajakan itu bahkan dilakukannya di luar negeri. Dimana pada tanggal 28
Mei 2012, Luluk akan tampil di kota Madrid dan Barcelona, Spanyol,
dengan memboyong sejumlah seniman yang telah dilatih di Rumah Budaya
Nusanatara Puspo Budoyo. Sementara di akhir tahun 2012, Luluk
merencanakan tampil di kota Capetown, Afrika Selatan. “Dengan kampanye
di luar negeri, kami berharap kesenian kita bisa dikenal banyak orang”,
katanya.
Peraih rekor MURI untuk katagori penampilan terbanyak melibatkan tokoh
masyarakat ini, Puspo Budoyo sebagai ladang pengabdian tak bertepi.
“Saya membeli tanah ini tahun 1976. Kala itu terasa tidak ada harganya,
murah sekali. Sedikit-sedikit saya bangun dan perkenalkan ke masyarakat.
Saya yakin ini bisa digunakan oleh masyarakat untuk menjadi tempat
merawat tradisi nusantara. Dan tentu saja, sebagai rasa kebanggaan saya
sebagai bangsa Indonesia”, pungkasnya.
(sumber : RMBiografi : Luluk Sumiarso: Merawat Tradisi )
Semoga dapat menjadi rujukan.
BalasHapus